Thursday, February 24, 2011

Berharap Keajaiban Pascagempa Bumi


KOMPAS.com — Anne Vos, perempuan warga negara Australia, merasa mendapat kesempatan sangat berharga untuk kedua kalinya dalam hidup. Kondisi dia dinyatakan membaik, Kamis (24/2/2011), walau masih terus menjalani perawatan di rumah sakit.

Selama dua hari sebelumnya, Vos terjebak di bawah reruntuhan sebuah gedung setelah gempa 6,3 skala Richter yang menghantam Selandia Baru, Selasa lalu.

”Saya berharap mereka (regu penyelamat) segera bisa mengeluarkan saya secepat mungkin. Sangat gelap dan mengerikan di dalam sini,” ujar Vos melalui telepon seluler.

Cerita Vos saat tengah terperangkap di bawah meja kerjanya di dalam reruntuhan gedung Pyne Gould Corporation itu ditayangkan secara langsung dan ditonton jutaan pemirsa televisi.

”Saya rasa saya terluka parah. Saya dapat merasakan tanah di bawah saya sangat basah. Saya tidak tahu pasti apa yang terjadi. Sepertinya tangan saya terluka,” ujar Vos ketika itu.

Gempa besar yang meluluhlantakkan kota Christchurch, Selandia Baru, itu diyakini memakan banyak korban jiwa. Hingga Kamis dilaporkan, tim penyelamat berhasil mengeluarkan sedikitnya 98 jenazah dari bawah reruntuhan, sedangkan 226 orang belum ditemukan. Sebanyak 30 orang dapat diselamatkan hidup-hidup pada malam pertama seusai kejadian.

Petugas penyelamat hingga hari ini berupaya terus mencari korban selamat. Mereka menolak menyerah dan terus berharap mukjizat terjadi. Sejumlah perlengkapan canggih, seperti kamera mini dan alat pendengar yang sangat peka, serta bahkan anjing pelacak dikerahkan untuk mencari dan menyelamatkan korban yang diperkirakan masih bertahan hidup di bawah reruntuhan.

”Selama ini kita sering melihat mukjizat terjadi dalam sejumlah bencana di negara lain. Kita tidak bisa menyerah begitu saja, tetapi tetap juga harus realistis,” ujar Perdana Menteri Selandia Baru John Key.

Komandan distrik kepolisian setempat, Dave Cliff, menyatakan akan berupaya semaksimal mungkin menyelamatkan mereka yang masih hidup dan terjebak di bawah reruntuhan.

Namun, Cliff juga mengingatkan kemungkinan aksi penjarahan pascabencana menyusul lusinan laporan kejahatan yang masuk ke kantornya. Lebih lanjut dilaporkan pula, ratusan warga mencoba keluar dari daerah bencana itu dengan berbondong-bondong menuju bandar udara.

”Apa yang saya alami sangat mengguncang. Benar-benar gila. Saya gemetar sepanjang hari. Bahkan, saya tidak ingat lagi apa saya sudah makan atau belum,” ujar Vanessa Burgess, yang terpaksa menginap di bandara bersama kedua anaknya. Mereka selamat dari bencana itu. (AFP/DWA)

yaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah


(1) Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah mengatakan, “Saya tidak pernah mengetahui seorang pun di atas bumi ini yang lebih alim dalam bidang hadits pada masa kini yang mengungguli Syaikh al Albani rahimahullah” (Majalah ash Shalah, Yordania th. 4 Edisi 23/Sya’ban/th. 1420 H., hal. 76)

(2) Syaikh bin Baz rahimahullah juga mengatakan, “Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani adalah mujaddid zaman ini dalam dugaanku, wallahu a’lam”

(3) Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin rahimahullah berkata mensifati Syaikh al Albani, “Ahli hadits negeri Syam, pemilik ilmu yang sangat luas tentang hadits secara riwayah dan dirayah. Allah Ta’ala menganugerahkan manfaat yang banyak kepada manusia melalui karya-karya ilmiahnya berupa ilmu dan semangat mempelajari ilmu hadits” (Hayatul Albani II/543 oleh Muhammad bin Ibrahim ays Syaibani)

(4) Syaikh al Utsaimin juga berkata, “Imam ahli hadits. Saya belum mendapati seorang pun yang menandinginya di zaman ini” (Kaset Majalis Huda wa Nur Aljazair no. 4 tanggal 9/Rabi’ul Awal 1420 H)

(5) Pujian Asy Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rohimahullohu, “Yang saya ketahui tentang Syaikh, dari pertemuan saya dengan beliau –dan itu sangat sedikit- bahwa beliau sangat teguh di dalam mengamalkan As Sunnah dan memerangi bid’ah, baik dalam aqidah maupun amaliyah. Dan dari telaah saya terhadap karya tulis beliau, saya mengetahui bahwa beliau memiliki ilmu yang luas di dalam hadits, riwayat maupun dirayat. Dan bahwasannya Alloh memberikan manfaat yang banyak dari karya tulis beliau, baik dari segi ilmu maupun metodologi….” (Shahih At-Targhib Wa At-Tarhib” jilid 1)

(6) Syaikh al ‘Allaamah ‘Abdul Muhsin bin Hamd al ‘Abbad, pengajar di Masjid Nabawi saat ini berkata, “Syaikh al ‘Allamah al Muhaddits Muhammad Nashiruddin al Albani. Saya tidak menjumpai orang pada abad ini yang menandingi kedalaman penelitian haditsnya” (Rifqan Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah hal. 35-36)

(7) Syaikh Humud bin Abdullah at Tuwaijiri mengatakan, “Sekarang ini al Albani menjadi tanda atas sunnah. Mencela beliau berarti mencela sunnah” (Maqalatul Albani hal. 224 oleh Nurudin Thalib)

(8) Syaikh Dr. Bakr bin ‘Abdillah Abu Zaid, anggota komisi fatwa Saudi Arabia mengatakan dalam membantah ucapan Muhammad Ali ash Shabuni, “Ini merupakan kejahilan yang sangat dan pelecehan yang keterlaluan, karena kehebatan ilmu al Albani dan perjuangannya membela sunnah dan ‘aqidah salaf sangat populer dalam hati para ahli ilmu. Tidak ada yang mengingkari hal itu kecuali musuh yang jahil” (at Tahdzir min Mukhtasharat as Shabuni fi Tafsir hal. 41)

(9) Syaikh al Muhaddits Abdush Shamad Syarafuddin, pengedit Kitab Sunan Kubra karya Imam an Nasai telah menulis surat kepada al Albani rahimahullah sebagai berikut, “Telah sampai sepucuk surat kepada Syaikh ‘Ubaidullah ar Rahmani, ketua Jami’ah as Salafiyah dan penulis Mir’aah al Mafaatih Syarah Misykah al Mashahib sebuah pertanyaan dari lembaga fatwa Riyadh Saudi Arabia tentang hadits yang sangat aneh lafaznya, agung maknanya dan memiliki korelasi erat dengan zaman kita. Maka, seluruh ulama di sini semua bersepakat untuk mengajukan pertanyaan tersebut kepada seorang ahli hadits yang paling besar abad ini, yaitu Syaikh al Albani rahimahullah, ‘alim Rabbani” (Hayatul Albani I/67, Majalah at Tauhid, Mesir th. 28 Edisi 8/Sya’ban/th. 1420 H, hal. 45)

(10) Ucapan pendekar hadits asal India kelahiran Uttar Pradesh Dr. Muhammad al Mushthafa al A’zhami, “Bila Syaikh (al Albani) berbeda hukum denganku dalam masalah shahih dan dha’ifnya hadits, maka saya menetapkan pendapatnya, karena saya percaya kepadanya, baik dari segi ilmu dan agama” (Dr. Musthafa al A’zhami dalam Muqadimah Shahiih Ibni Khuzaimah I/6, 32)

(11) Sikap hormat Asy Syaikh al-Allamah Muhammad Amin asy-Syinqithi rohimahullohu (ahli tafsir yang tidak ada bandingannya di zamannya) yang tak lazim kepada Syaikh Al Albani, dimana saat beliau melihat Al Albani berlalu padahal beliau tengah mengajar di Masjid Nabawi, beliau menyempatkan diri berdiri untuk mengucapkan salam kepada Al Albani demi menghormatinya. (Shahih At-Targhib Wa At-Tarhib” jilid 1)

12) Pujian al-Allamah Muhibbuddin al-Khathib rohimahullohu, “Di antara para da’i kepada as-Sunnah, yang menghabiskan hidupnya demi bekerja keras untuk menghidupkannya adalah saudara kami Abu Abdurrahman Muhammad Nashiruddin bin Nuh Najati Al Albani. (Shahih At-Targhib Wa At-Tarhib” jilid 1)

13) Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh rohimahullohu pernah menyebut Al Albani dengan pujian, “Beliau adalah Ahli Sunnah, pembela kebenaran dan musuh yang menghantam para pengikut kebatilan.” (Shahih At-Targhib Wa At-Tarhib” jilid 1)

Abu Al Hasan Al Asy`ary kembali ke Salaf



Pada akhirnya setelah banyak berdialog dengan seorang bernama Al Barbahari (wafat 329 H), Abul Hasan Al Asy`ary menyadari kekeliruannya dalam pemahaman aqidah terutama dalam menetapkan sifat-sifat Allah dan hal lain tentang ghaibiyat. Empat tahun sebelum beliau wafat beliau mulai menulis buku Al Ibanah fi Ushul Al-Diyanah merupakan buku terakhir beliau sebagai pernyataan kembali kepada faham Islam sesuai dengan tununan salaf. Namun buku ini tidak sempat terbahas secara luas di kalangan umat Islam yang telah terpengaruh oleh pemikiran beliau sebelumnya.
Untuk mengenal lebih jauh tentang kaidah pemikiran beliau di bidang aqidah sesudah beliau kembali ke metode pemikiran salaf yang kemudian lebih dikenal dengan Salafu Ahli As Sunnah wa Al Jama`ah, beliau merumuskannya dalam tiga kaidah sebagai berikut:
1. Memberikan kebebasan mutlak kepada akal sama sekali tidak dapat memberikan pembelaan terhadap agama. Mendudukkan akal seperti ini sama saja dengan merubah aqidah. Bagaimana mungkin aqidah mengenai Allah dapat tegak jika akal bertentangan dengan wahyu.
2. Manusia harus beriman bahwa dalam urusan agama ada hukum yang bersifat taufiqi, artinya akal harus menerima ketentuan wahyu. Tanpa adanya hukum yang bersifat taufiqi maka tidak ada nilai keimanan.
3. Jika terjadi pertentangan antara wahyu dan akal maka wahyu wajib didahulukan dan akal berjalan dibelakang wahyu. Dan sama sekali tidak boleh mensejajarkan akal dengan wahyu apalagi mendahulukan akal atas wahyu.
Adapun manhaj Abul Hasan dalam memahami ayat (tafsir) adalah sebagai berikut:
1. Menafsirkan ayat dengan ayat.
2. Menafsirkan ayat dengan hadits
3. Menafsirkan ayat dengan ijma`.
4. Menafsirkan ayat dengan makna zahir tanpa menta`wilkan kacuali ada dalil.
5. Menjelaskan bahwa Allah menurunkan Al Quran dalam bahasa Arab, untuk itu dalam memahami Al Quran harus berpegang pada kaidah-kaidah bahasa Arab.
6. Menafsirkan ayat dengan berpedoman kepada asbabun-nuzul dari ayat tersebut
7. Menjelaskan bahwa isi ayat Al Quran ada yang umum dan ada yang khusus, kedua-duanya harus ditempatkan pada kedudukannya masing-masing.
Banyak sekali buku-buku karya Abul Hasan Al Asy`ary. Yang ditulis beliau sebelum tahun 320 (sebelum kembali kepada manhaj salaf) lebih dari 60 buku. Sedangkan yang ditulis sesudah tahun 320 hampir mencapai 30 buah buku, diantara yang terakhir ini adalah Al Ibanah fi Ushul Ad Diyanah.

GARIS BESAR AQIDAH ASY’ARIYYAH
Secara garis besar aqidah asy’ari yang juga merupakan aqidah ahlussunnah wal jama’ah adalah meyakini bahwa Allah ta’ala maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya, Allah bukanlah benda yang bisa digambarkan juga bukan benda yang berbentuk dan berukuran. Allah tidak serupa dengan sesuatupun dari makhluk-Nya (laysa kamitslihi syai’). Allah ada dan tidak ada permulaan atau penghabisan bagi ada-Nya, Allah maha kuasa dan tidak ada yang melemahkan-Nya, serta Ia tidak diliputi arah. Ia ada sebelum menciptakan tempat tanpa tempat, Iapun ada setelah menciptakan tempat tanpa tempat. tidak boleh ditanyakan tentangnya kapan, dimana dan bagaimana ada-Nya. Ia ada tanpa terikat oleh masa dan tempat. Maha suci Allah dari bentuk (batasan), batas akhir, sisi-sisi, anggota badan yang besar dan anggota badan yang kecil. Ia tidak diliputi satu arah atau enam arah penjuru. Ia tidak seperti makhluk-Nya. Allah maha suci dari duduk, bersentuhan, bersemayam, menyatu dengan makhluk-Nya, berpindah-pindah dan sifat-sifat makhluk lainnya.
Ia tidak terjangkau oleh fikiran dan Ia tidak terbayang dalam ingatan, karena apapun yang terbayang dalam benakmu maka Allah tidak seperti itu. Ia maha hidup, maha mengetahui, maha kuasa, maha mendengar dan maha melihat. Ia berbicara dengan kalam-Nya yang azali sebagaimana sifat-sifat-Nya yang lain juga azali, karena Allah berbeda dengan semua makhluk-Nya dalam dzat, sifat dan perbuatan-Nya. Barang siapa menyifati Allah dengan sifat makhluknya sungguh ia telah kafir.
 

Mbah Gendeng Copyright © 2009 Flower Garden is Designed by Ipietoon for Tadpole's Notez Flower Image by Dapino